Timnas Indonesia Proyek Masa Depan ?

 

Timnas Indonesia dan Sejarah Panjangnya  

Timnas Indoneisa Akhir- akhir ini Men-naturalisasi pemain sepakbola menjadi perbincangan hangat di masyarakat Indonesia.

PSSI pada Era pelatih Shin Tae Yong (STY) mengisi para pemainnya dengan para pemain keturunan yang lama hidup dan tinggal di luar negeri. 

Hal ini menuai pro dan kontra baik dikalangan masyarakat umum maupun para pengamat bola.

Sebenarnya, naturalisasi pemain sepakbola sudah dilakukan sejak 1950-an. Pemain naturalisasi pertama adalah Arnold van der Vin, seorang kiper keturunan Belanda.

Arnold pertama kali main di timnas pada 27 Juli 1952 dalam pertandingan melawan Nan Hua, tim asal Hongkong. Namun, Arnold berhenti membela Indonesia karena pada 1954 ada kebijakan anti-Belanda.

Meskipun demikian, ia tercatat pernah bertanding sebagai tim Indonesia sebanyak 15 kali. Sejak saat itu, PSSI tidak pernah lagi melakukan naturalisasi.

DIBUKA LAGI ERA CRISTIAN GONZALES DI Timnas Indonesia 

Lalu, saat Naturalisasi sempat ingin dilakukan kembali pada tahun 2000-an era ketua umum PSSI Nurdin Halid , rencana tersebut juga mendapat banyak pertentangan 

Banyak yang berpendapat juga bahwa pemain naturalisasi merupakan akibat pembinaan sepak bola indonesia yang telah gagal

pada akhirnya , naturalisasi pada saat itu gagal dilakukan. Pada tahun 2010, naturalisasi mencuat kembali ketika Cristian Gonzales, striker kelahiran Uruguay memutuskan untuk menjadi WNI dan membela timnas.

Penampilan Gonzales yang cukup memukau menarik perhatian banyak masyarakat

Dan pada tahun 2019 , PSSI di bawah ketua umum Erick Thohir dan pelatih Shin Tae yong proses naturalisasi pemain timnas gencar dilakukan

Sama seperti sebelumnya, persoalan naturalisasi sampai saat ini masih menuai pro dan kontra. Rocky Gerung, pengamat politik bahkan turut berkomentar mengenai isu naturalisasi ini.

“Euforia itu membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu sebetulnya adalah bukan grup yang kita idealkan, sebetulnya,” ujar Rocky Gerung pada kanal Youtubenya

Tidak menggubris 

Tak ambil pusing 

Tak ambil pusing, menurut Shin Tae Yong, pemain naturalisasi  Timnas Indonesia memiliki peran besar bagi menambahkan kekuatan skuad Garuda. Selain itu, STY optimis bahwa keberadaan pemain naturalisasi mampu memacu para pemain lokal untuk tampil jauh lebih baik.

“Dengan kondisi-kondisi yang seperti ini pemain lokal juga harus bisa lebih berjuang untuk menjadi lebih baik lagi dan dengan begini Timnas Indonesia akan semakin maju,” ucap Shin Tae Yong.

Sama seperti Shin Tae Yong, Ketua Umum PSSI Erick Thohir juga tak ambil pusing mengenai perbedaan pendapat tersebut.

“Saya rasa pada era demokrasi perbedaan pendapat itu dapat dimaklumi,” ujar Erick.

Erick juga menegaskan bahwa proses naturalisasi tidak melanggaran aturan baik dari negara maupun dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).Tak hanya kontra, saat ini banyak masyarakat yang pro terhadap kebijakan naturalisasi.

Banyak yang berpendapat bahwa langkah yang diambil oleh Shin Tae Yong untuk mengangkat performa timnas sudah benar. Terbukti saat ini Timnas Indonesia tengah mempertahankan pertarungan agar lolos dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.

Pada era Shin Tae Yong ini pemain yang sudah dinaturalisasikan antara lain, Marc Klok, Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, dan Maarten Paes.

Garis Keturunan Indonesia: Mix Belanda, Jawa, dan Maluku

Pemain naturalisasi Indonesia masih didominasi keturunan Belanda. Negeri Kincir Angin menjadi negara terbanyak penyumbang naturalisasi pemain sejauh ini. Namun, ada pula yang memiliki garis keturunan Inggris hingga Spanyol.

Nama-nama macam Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Justin Hubner, Rafael Struick, Jay Ides, Nathan Tjoe A-On, Ragnar Oratmangoen, dan Thom Haye punya darah keturunan Indonesia-Belanda.

Maklum, kedua negara tersebut memang memiliki sejarah yang cukup panjang di masa lalu. Diketahui, pemerintah kolonialisme Belanda pernah menguasai Indonesia selama lebih dari tiga abad.

Oleh karena itu, tidak heran kalau mereka punya rekam jejak Indonesia. Sandy Walsh misalnya yang memiliki garis keturunan dari sang Ibu. Kakeknya lahir di Surabaya dan nenek di Purworejo, Jawa Tengah.

Sementara Ivar Jenner memiliki darah keturunan Indonesia dari neneknya. Ibu dari sang ayah lahir di Jember, Jawa Timur. Kemudian Justin Hubner punya garis keturunan dari sang kakek yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan.

Selanjutnya Thom Haye memiliki keturunan Indonesia dari sang kakek yang lahir di Solo, Jawa Tengah. Selain itu, neneknya juga lahir di Indonesia, tepatnya di Kawangkoan, Kabupaten Minahasa.

Sedangkan Ragnar Oratmangoen merupakan keturunan Maluku. Sang kakek lahir di Ambon. Berikutnya Jay Ides. Darah Indonesia berasal dari kakeknya atau ayah dari ibunya yang lahir di Semarang, Jawa Tengah

Sama seperti Jay Idzes, Nathan Tjoe A-On dan Shayne Pattynama juga memiliki garis keturunan Indonesia yang kebetulan sama-sama kelahiran Semarang. Nathan dari sang kakek atau ayah dari ibunya, sedangkan Shayne melalui ayahnya yang juga berdarah Maluku.

Adapun Rafael Struick memiliki darah Indonesia dari kedua orang tuanya. Ibu Rafael bernama Soraya Noraly Soedito merupakan keturunan Jawa-Suriname. Sementara sang nenek atau ibu dari ayahnya berasal dari Semarang

Garis Keturunan Indonesia: Ada Inggris dan Spanyol Nyempil

Maarten Paes sejatinya tak memiliki garis keturunan Indonesia. Lantas, mengapa seorang pemain bisa menjalani proses naturalisasi? Usut punya usut, rupanya Paes bisa menjadi WNI karena masih berstatus blijvers dari sang nenek.

Blijvers merupakan sebutan bagi para pendatang dari Eropa yang lahir dan menetap di Hindia-Belanda, kini Kedua buyut Paes asli orang Eropa, lalu menikah dan tinggal di Hindia-Belanda.

Kemudian melahirkan nenek Paes di daerah Kediri, Jawa Timur, pada 20 Maret 1940. Dengan kata lain, Marteen Paes bukanlah seorang blasteran alias full blood. Meski begitu, dalam aturan naturalisasi Paes dianggap eligible atau memenuhi syarat oleh FIFA.

Jalur Istimewa Timnas Indonesia 

Berbeda dari nama-nama yang disebut di atas, ada satu pemain yang harus menjalani proses naturalisasi lewat jalur istimewa. Dia adalah Marc Klok. Gelandang Persib Bandung itu mendapatkan status WNI karena telah lebih dari lima tahun berkarier di Indonesia.

Pemain ini sudah memulai kiprahnya di Tanah Air sejak membela PSM Makassar pada 2017 silam. Proses naturalisasi Klok sebetulnya sudah dilakukan sejak November 2020, namun dia belum bisa beraksi untuk Timnas .

Penyebabnya, pemain berusia 31 tahun itu gagal membuktikan garis keturunan maksimal dari kakek atau neneknya ke FIFA. Lantaran tidak memenuhi kriteria garis keturunan, Marc Klok terpaksa harus memenuhi Statuta FIFA mengenai lama tinggal untuk membela Timnas .

Klok menjadi WNI pada November 2020, sebulan sebelum Shin Tae-yong resmi melatih Timnas . Namun, dia cukup sering mendapat panggilan dari pelatih asal Korea Selatan itu.

 

Siapa Pemain Naturalisasi Pertama di Timnas Indonesia?

 

Para penggemar sepak bola Indonesia tentunya sudah sangat tidak asing dengan nama Christian Gonzales pertama di Indonesia . Namun , Anggapan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya akurat juga  , pemain Kelahiran  Uruguay ini sering kali dianggap sebagai Pemain Naturalisasi Pertama di Indonesia . namun anggapan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya akurat juga. lantas, siapakah pemain naturalisasi pertama di Indonesia ?

 

Jawabannya adalah Arnold Wouter Van der  Vin atau biasa dipanggil Nol Van der Vin . ia pemain sepakbola yang hidup pada 1950 an . meskipun lahir di semarang , Van der Vin memiliki darah keturunan belanda , sehingga ia memiliki status kewarganegaraan ganda – baik Hindia Belanda maupun Belanda . Fakta ini menjadikannya sebagai pemain naturalisasi pertama dalam sejarah sepak bola .

 

Penting untuk memahami bahwa proses naturalisasi seseorang bisa didasarkan pada dua prinsip hukum. pertama adalah Ius Sanguinis, yaitu prinsip Kewarganegaraan berdasarkan garis keturunan . kedua adalah ius soli, yaitu kewarganegaraan yang diperoleh berdasarkan tempat kelahiran seseorang. Dalam kasus Van der Vin, status kewarganegaraannya terkait dengan prinsip-prinsip tersebut.

penting untuk memahami bahwa proses naturalisasi seseorang bisa didasarkan pada dua prinsip hukum. Pertama adalah ius sanguinis, yaitu prinsip kewarganegaraan berdasarkan garis keturunan. Kedua adalah ius soli, yaitu kewarganegaraan yang diperoleh berdasarkan tempat kelahiran seseorang. Dalam kasus Van der Vin, status kewarganegaraannya terkait dengan prinsip-prinsip tersebut.

Profil Arnold Wouter van der Vin Pada saat Membala  Timnas Indonesia 

Arnold Wouter van der Vin adalah seorang penjaga gawang terkenal pada masanya, yang berkarir dari 1939 hingga 1964. Ia merupakan sosok kunci dalam perkembangan sepak bola di Hindia Belanda dan Indonesia. Selain membela Persija Jakarta dan Tim Nasional Indonesia, Van der Vin mengawali karir profesionalnya di klub Excelsior Surabaya pada 1939.

Karena pekerjaan orang tuanya yang sering berpindah-pindah, ia kerap berganti klub. Ia sempat membela Juliana Medan dan UMS Jakarta. Namun, permasalahan kewarganegaraan sempat menjadi kendala bagi Van der Vin untuk bisa secara resmi bergabung dengan tim nasional Indonesia. Karena status kewarganegaraannya yang rumit, ia lebih sering tampil di pertandingan-pertandingan tidak resmi.

Meskipun demikian, karier Van der Vin akhirnya berkembang, dan ia berhasil menembus skuad timnas. Pada 27 Juli 1952, Van der Vin menjadi penjaga gawang kedua Indonesia yang sukses mencetak kemenangan ketika Indonesia mengalahkan Hong Kong di Jakarta. Kemenangan ini menjadi salah satu momen penting dalam kariernya sebagai penjaga gawang nasional.

Selain itu, menurut catatan dari RSSSF, Van der Vin juga turut memperkuat Persija dan tim nasional Indonesia dalam pertandingan persahabatan melawan Yugoslavia pada 1953. Tidak hanya itu, ia juga berperan penting dalam membawa Persija Jakarta meraih gelar juara pada Kompetisi Perserikatan tahun 1954. Prestasi ini menjadikan Van der Vin salah satu figur penting dalam sejarah sepak bola Indonesia, yang sayangnya kerap dilupakan.

Arnold Wouter van der Vin mungkin tidak sepopuler nama-nama besar lainnya dalam sejarah sepak bola Indonesia, tetapi kontribusinya sebagai pemain naturalisasi pertama dan pencapaiannya bersama tim nasional serta Persija Jakarta, menjadikan namanya layak diingat sebagai salah satu pionir dalam sejarah sepak bola di tanah air.

  1. Marc Klok 

Pria kelahiran Amsterdam 20 April 1993 ini sudah membela Timnas per April 2022 silam. Ia menapakkan kakinya pertama kali di persepakbolaan Indonesia yaitu saat bersama PSM Makassar pada 2017 silam. Marc Klok memulai proses naturalisasi pada 2019, tetapi baru selesai pada 2020.

Sebenarnya, Marc Klok belum memenuhi syarat untuk dinaturalisasi karena baru tinggal di Indonesia selama dua tahun dari syarat minimal lima tahun. Namun, setelah ditelusuri ternyata Marc Klok dapat membuktikan bahwa dia memiliki keturunan Indonesia dari kakek buyutnya yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.

  1. Elkan Baggott

Pemain dengan nama lengkap Elkan William Tio Baggott lahir di Bangkok, Thailand pada 23 Oktober 2002. Elkan merupakan pemain blasteran Indonesia dan Inggris. Ibunya berasal dari Indonesia, sedangkan sang ayah berasal dari Inggris. Maka dari itu, Elkan sejak lahir memiliki dwi kewarganegaraan Indonesia dan Inggris. Ia pun memilih untuk menjadi WNI saat usianya masih dibawah 20 tahun. Kemudian, sejak 9 November 2021 dia sudah memegang kartu tanda penduduk (KTP) Indonesia.

  1. Jordi Amat

Pria kelahiran 21 Maret 1992 ini telah mendapat status WNI sejak 17 November 2022 lalu. Darah Indonesia mengalir lewat sang nenek yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Tidak hanya itu, nenek Jordi merupakan keturunan bangsawan yang berasal dari Raja MD Kansil, Kerajaan Siau, Sulawesi Utara. Maka dari itu, Jordi Amat sendiri merupakan generasi ke-III dari Raja MD Kansil.

  1. Sandy Walsh

Pemain kelahiran Brussels, Belgia ini resmi ber-KTP Indonesia sejak 17 November 2022 silam setelah proses pengambilan sumpah bersama Jordi Amat. Ia memiliki darah Indonesia yang didapat dari sang ibu, kakek dan nenek dari ibunya berasal dari Purworejo, Surabaya, Jawa Timur.

  1. Shayne Pattynama

Shayne Pattynama memiliki nama lengkap Shayne Elian Jay Pattynama yang lahir di Lelystad, Belanda pada 11 Agustus 1998. Pada Januari 2023, usai menjalani sumpah Shayne resmi mendapat kewarganegaraan Indonesia.

Ia mempunyai darah Indonesia yang didapat darah almarhum ayahnya yang merupakan keturunan etnis Maluku dari Pulau Haruku, Maluku Tengah yang lahir di Semarang, Jawa Tengah

  1. Rafael Struick

Rafael William Struick atau yang lebih dikenal dengan Rafael Struick merupakan pemain kelahiran Zoetermeer, Belanda pada 27 Maret 2003. Pemain dengan tinggi 187 cm ini resmi menjadi WNI sejak 22 Mei 2023. 

Dirinya memiliki keturunan Indonesia dari ayahnya, Brian Struick, seorang warga Belanda keturunan Indonesia. Nenek Rafael Struick dari pihak ayahnya bernama Eleonora Fredrika Rientsma Struick lahir di Semarang pada 24 April 1952.

7. Ivar Jenner

Pria kelahiran Utrecht, Belanda pada 10 Januari 2004 telah resmi menjadi WNI usai disumpah bersama Rafael Struick pada 22 Mei 2023 lalu. Darah Indonesia Ivar didapat dari neneknya. Ibu dari pihak ayahnya lahir di Jember, Jawa Timur.

  1. Justin Hubner

Justin Quincy Hubner atau Justin Hubner merupakan pemain kelahiran Den Bosch, Belanda pada 14 September 2003. Justin resmi memperoleh kewarganegaraan Indonesia usai mengucapkan sumpah WNI pada 6 Desember 2023 lalu. 

Ia mendapat darah Indonesia dari ayahnya, Ferdinand Patrick Rudolf Hubner. Kedua orang tua ayah Justin memiliki darah Indonesia, nenek Justin berasal dari Bandung dan kakeknya berasal dari Makassar.

  1. Jay Ides

Jay Noah Idzes atau yang biasa dipanggil Bang Jay lahir di Mierlo, Belanda pada 2 Juni 2000. Ia merupakan pemain naturalisasi ketujuh di era Shin Te-yong di Timnas Indonesia. Bang Jay resmi menjadi WNI usai menjalani proses pengambilan sumpah pada 28 Desember 2023 di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta. 

Ia memiliki darah Indonesia yang didapat dari ibunya. Kakeknya berasal dari Jakarta dan neneknya berasal dari Semarang, Jawa tengah.

  1. Nathan Tjoe-A-On

Nathan merupakan pemain keturunan Indonesia-Belanda yang lahir di Rotterdam, Belanda pada 22 Desember 2001. Nathan Resmi mendapat status WNI pada 11 Maret 2021. Ia memiliki darah Indonesia dari kakek, ayah dari ibunya yang lahir di Semarang pada 22 Januari 1941

  1. Ragnar Oratmangoen

Ragnar Oratmangoen merupakan pesepak bola kelahiran Oss, Belanda pada 21 Januari 1998. Ragnar resmi menjadi WNI pada 18 Maret 2024. Pria dengan tinggi 180 cm ini memiliki darah Indonesia melalui sang kakek dari pihak ayahnya yang lahir di Maluku.

  1. Thom Haye

Thom Haye Merupakan pemain bola yang lahir di Amsterdam, Belanda pada 9 Februari 1995. Thom Haye mendapat status WNI berbarengan dengan Ragnar Oratmangoen.

Pemain dengan julukan The Professor ini memiliki keturunan Indonesia dari ibunya. Kakek Thom berasal dari Solo, Jawa Tengah, sedangkan neneknya berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.

  1. Calvin Verdonk

Calvin Ronald Verdonk lahir di Dordrecht, Belanda pada 26 April 1997. Ia resmi menjadi WNI pada 4 Juni 2024. Calvin memiliki keturunan Indonesia dari sang ayah, Ronald Alting Siberg yang lahir di Meulaboh, Aceh pada 6 februari 1958. Kakek dan neneknya juga berasal dari kota dengan julukan Serambi Mekkah tersebut.

Sejarah Kelam Proyek Naturalisasi di Timnas Indoensia

Yang perlu kita ingat, proyek naturalisasi pemain bukanlah hal baru di persepakbolaan Indonesia. Bahkan sudah terlaksana sejak zaman Indonesia masih menggunakan nama Hindia Belanda. Adalah Arnold van der Vin pemain naturalisasi pertama yang pernah dilakukan Timnas .

 

Setelah itu Indonesia memang jarang naturalisasi pemain lagi. Proyek naturalisasi barangkali mulai eksis kembali pada tahun 2010. Kala itu Cristian Gonzales yang 100% berdarah Uruguay memilih Indonesia sebagai Tanah Air pada November 2010. 

Gonzales merupakan pemain naturalisasi pertama yang sukses mengantarkan Indonesia ke final Piala AFF. Bahkan El Loco menjadi pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia dengan tiga golnya. Kesan positif ini membuat Indonesia berusaha melakukan hal serupa di tahun-tahun berikutnya. 

Alih-alih mendapat pemain berkualitas macam Gonzales, naturalisasi setelahnya justru meninggalkan trauma mendalam. Yang penting pemain asing, tanpa memperhatikan kualitasnya. Era kelam pun tak terhindarkan. Pemain-pemain naturalisasi yang nggak jelas pun mulai bermunculan. 

Sebut saja Raphael Maitimo, Tonnie Cusell, dan Jhonny van Beukering. Tak cuma itu, masih banyak pemain yang dinaturalisasi cuma gara-gara main apik di Liga Indonesia. Osas Saha, Otavio Dutra, Fabiano Beltrame, dan Bio Paulin jadi beberapa contohnya saat itu. 

Kembali Dimulai Era STY Di Timnas Indonesia 

Jadi tak heran apabila beberapa pihak sedikit sentimen ketika PSSI mulai menggarap proyek naturalisasi lagi di era Shin Tae-yong

Shin Tae-yong dan PSSI yang ingin meningkatkan kualitas tim nasional telah menaikkan standar pemain yang bisa memperkuat tim nasional. Jadi tak heran apabila pemain yang dipanggil ya itu-itu saja. Namun, pemain lokal saja dirasa tak cukup untuk menjalankan skema permainan sang pelatih.

Oleh karena itu, STY pun meminta PSSI untuk mencari pemain keturunan atau diaspora untuk dipanggil membela Timnas . Namun, STY menerapkan standar yang tinggi bagi para pemain keturunan.Itu semua agar tak mengulangi kesalahan yang sama.

Setelah pencarian di Eropa khususnya Belanda, akhirnya muncul beberapa nama yang bersedia untuk dinaturalisasi. Berkat proyek ini sekarang kita bisa melihat pemain-pemain sekaliber Sandy Walsh, Jordi Amat, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes hingga Thom Haye bermain dalam balutan seragam merah putih khas Skuad Garuda.

Sisi Positifnya Timnas Indonesia 

Membujuk pemain-pemain keturunan untuk membela tim nasional seolah menjadi sebuah jalan pintas demi skuad yang berkualitas. Desakan Coach Shin untuk menggunakan pemain naturalisasi di setiap lini memang tidak lepas dari keinginannya untuk segera meraih prestasi. 

Meski belum meraih trofi, Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 jadi bukti meningkatnya kualitas permainan Timnas . Indonesia bahkan mendapat banyak sanjungan dari lawan-lawan mereka. Salah satunya datang dari pelatih Australia, Graham Arnold. 

Menurutnya, meski pada akhirnya kalah 4-0, Indonesia sudah jauh lebih kuat karena mampu memberikan perlawanan yang ketat. Selain itu, pujian juga datang dari striker Timnas Jepang, Ayase Ueda yang salut dengan semangat dan permainan Timnas Indonesia. 

Meski peringkat Indonesia saat itu masih 146 dunia, Rafael Struick cs tak memainkan sepakbola negatif. Ayase bahkan menyebut Indonesia bisa menjadi lawan yang sulit bagi Jepang dalam dua atau tiga tahun mendatang. 

Selain itu, keberadaan pemain keturunan juga mampu meningkatkan persaingan dan standar di tim nasional. Pemain pribumi yang ingin menembus timnas harus berjuang lebih keras. Namun, haters gonna hate. Pasti ada saja celah untuk mengkritik pencapaian Timnas di era STY.

Pro dan Kontra Timnas Indonesia 

Kekhawatiran Bung Towel mengarah kepada PSSI. Menurutnya, federasi terlalu fokus kepada prestasi Timnas Indonesia. 

Padahal PSSI seharusnya bertanggung jawab kepada sepakbola secara menyeluruh. Termasuk mengembangkan potensi kompetisi di dalam negeri. Jangan cuma mengandalkan pemain naturalisasi.

Towel tak sendirian, ada Akmal Marhali dan Muhammad Tahir yang menilai kalau pemain-pemain lokal layak mendapat kesempatan lebih di tim nasional. Tahir bahkan dengan lantang menyebut bahwa Beto Goncalves yang sudah berusia 43 tahun masih layak menjadi juru gedor tim nasional.

Timnas Indonesia ada benarnya juga

Kendati masa depan cerah Timnas Indonesia mulai tergambar bersama STY, ia memberi peringatan. Bung Kus membandingkan situasi sekarang dengan sepakbola Singapura dan Filipina yang pernah sukses dengan naturalisasi tapi nyungsep kemudian.

Penyebabnya antara lain adalah kesadaran federasi mereka yang kurang terhadap perkembangan kompetisi domestik. Nah, hal serupa juga jadi ancaman bagi sepakbola Indonesia. Karena kualitas Liga masih gitu-gitu aja.

Jadi serba salah kan. STY minta pemain berkualitas, tapi Liga 1 gagal menyediakan materi pemain yang sesuai dengan standar sang pelatih. Giliran nyari di luar negeri, baru deh pada ngereogMemperbaiki kualitas liga dari akar rumputnya itu suatu hal yang wajib.  Pemain naturalisasi yang berkarir di klub Eropa pasti terbatas untuk membela tim nasional. 


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *